Title: Finally, I Found You.
Author: OkaJima aka Liken
Type: Two-shoot
Casts: Kohara Kazamasa/Shou, Tatsunichi Ritsuki (OC),
Hanamichi Sakurai (OC), and all Alice Nine’s members
Genre: Romance (?)
Rating: pg-15
Summary: Finally, He meet with His girl
Disclaimer: I just own the plot and OC. If I have a chance,
I wanna own Shou and Hiroto and marry with them XDD >plaakk<
Music: Alice Nine
A/N: WARNING!! The Author making this fic with her feels too
boring and was dreaming to marry with Shou hoho >kicked<
--Flashback--
Siang hari di sebuah
tempat yang indah dan sepi. Dua orang bocah yang berusia sekitar delapan tahun
sedang bermain di pantai. Mereka melihat ke arah laut. Ombak yang besar, angin
sepoi-sepoi mengibaskan rambut lurus dan halus kedua bocah itu. Mereka sedang
melakukan sesuatu. Ya! Mereka sedang bermain pasir, tepatnya membuat istana
pasir. Sang bocah lelaki mengambil pasir dan yang perempuan menata bangunan
tersebut. Di pantai itu hanya mereka berdua, tidak ada eksistensi yang lain.
Hanya ombak di laut, burung yang berterbangan, pohon-pohon di sekitar pantai,
jembatan, dan pasir putih yang halus itu.
“Koha-chan, apakah
benar kau akan pergi?” tanya si gadis polos ituu dengan wajah yang sudah
memerah akibat panas matahari.
“Un! Ricchan..” balas bocah
lelaki yang di panggil Koha-chan tadi. Ricchan, si gadis imut itu hanya
diam dan membisu. Tangannya berhenti
bergerak. Tiba-tiba air mukanya berubah. Ya, Ricchan menangis. Rupanya dia
sedih karena sahabatnya itu akan pergi. Tokyo. Tempat tujuan Koha-chan, karena
dia akan pindah sekolah disana karena orang tuanya pindah kantor disana.
“Tapi aku janji kalau
libur sekolah, aku akan kesini untuk bermain bersama Ricchan lagi.” Kata
Koha-chan sambil mengusap punggung Ricchan. Rupanya Ricchan terlalu bersedih
sehingga Koha-chan memeluk erat tubuh sahabatnya itu. “Nakanaide Ricchan…”
sambungnya sambil menenangkan sahabatnya itu.
Hari sudah sore,
rupanya dua bocah itu sudah kelelahan dan berpamitan pada pantai untuk kembali
ke rumah mereka. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di
depan mereka. Turunlah seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi, dia adalah
supir dari Koha-chan.
“Maaf Tuan Muda, saya
menjemput Anda karena Tuan dan Nyonya berpesan untuk cepat pulang untuk
berkemas.” Kata sang supir pada bocah lelaki itu.
“Ricchan, maaf ya aku
tidak bisa menemanimu berjalan kaki. Tapi aku bisa memberimu tumpangan untuk
pulang. Aku tidak mau kau berjalan sendirian. Ayo masuk..” kata Koha-chan
sambil membuka pintu mobilnya. Dua pasang kaki kecil itu masuk ke dalam mobil
untuk mengantar mereka menuju ke rumah.
Ricchan berlari
tergesa-gesa tanpa mengenal lelah. Dia tahu bahwa dia sudah terlambat. Ya! Hari
ini Koha-chan, sahabat baiknya itu pergi ke Tokyo. Namun dia terlambat, karena
ketika sampai ke rumah Koha-chan, mobil itu sudah bergerak pergi. Ricchan
semakin cepat berlari dan berteriak.
“KOHA-CHAAAAAAAAAAAANNN….”
Teriaknya sambil berlari. Di dalam mobil, Koha-chan sedikit tersentak karena
merasa ada suara yang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang dan melihat
sahabatnya sedang berlari mengejar mobilnya. Koha-chan tidak bisa menghentikan
mobilnya. Dia tahu, mereka juga harus buru-buru karena takut terlambat dengan
pesawat.
Ricchan berhenti dan
melihat mobil itu semakin menjauh dari hadapannya. Dia menangis, sambil kedua
tangannya menutup mukanya. Dia menyesal karena tidak bisa melihat wajah
sahabatnya itu untuk terakhir kalinya. Di dalam hatinya berkata: “Suatu saat nanti aku akan bertemu kembali
denganmu Koha-chan. Kita akan bersama lagi.
------#########------
Sebuah cahaya mentari pagi menyinari sebuah kamar. Silau.
Pelan-pelan, sepasang mata yang indah terbuka. Seorang pria tampan terbangun
dari tidurnya. Dia memandang keadaan sekitarnya. Sepi, tidak ada orang. Ya,
memang sudah biasa sendiri kan? Pria tampan itu berjalan keluar dengan malasnya
dengan wajah yang masih setengah sadar. Rumah besar itu sangat sepi. Kini dia
hanya seorang diri. Sebenarnya dia bosan dengan hidupnya yang sekarang. Dulu,
waktu dia masih tinggal di Nagano, dia begitu bahagia. Bersama sahabat kecilnya
yang biasa dia panggil Ricchan itu mereka berdua sering melakukan hal-hal yang
menyenangkan bersama-sama. Kini dia sendiri dan kesepian. Niatnya yaitu untuk
pergi ke Nagano namun belum ada jadwal konser disana. Di tambah dengan beberapa
kesibukan lainnya seperti menghadiri beberapa event dan juga pemotretan serta
latihan band yang padat.
Pria ini adalah seorang artis. Dia adalah vokalis dari
sebuah band ternama di Tokyo yang bernama Alice Nine. Band ini merupakan band
Visual Kei dengan berjenis musik Rock. Anggota band ini adalah lima orang. Pria
itu berjalan menuju dapur. Tangannya meraih sebuah gelas kaca dan mengambil air
di dispenser. Pelan-pelan dia meneguk air tersebut hingga habis. Kembali lagi
dia berjalan menuju ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Dia berpikir bahwa
hari ini dia harus istirahat penuh. Dia tidak ingin ada panggilan lagi. Dia
ingin berjalan-jalan sendirian tanpa ada gangguan.
Setelah selesai mandi, pria itu berjalan ke depan rumahnya
dan menuju ke garasi mobilnya. Dia memutuskan untuk berjalan-jalan sendirian.
Tiba-tiba keitainya berdering terlihat sebuah nama di layar keitainya “Pon”.
Dengan malasnya dia mengangkat telepon itu.
“Ada apa?” tanyanya ketus.
“Kau dimana, Kak?”
tanya orang tersebut.
“Sedang di jalan. Ada apa?” ucapnya malas.
“Temani aku ke Shibuya
ya..” katanya manja.
“Tidak. Maaf aku ada urusan lain..” ucapnya yang langsung
mematikan telepon tersebut.
Dia memacu gas mobilnya menuju ke suatu tempat, entah itu
tempat apa. Tiba-tiba keitainya bordering lagi, dia melihat ke layar keitainya
tertulis nama “Tora”. Dia mengangkat telepon itu dengan malas juga.
“Ada apa?” tanyanya malas.
“Hei kau apakan si
Pon? Dia menangis nih.” Tanya si Macan.
“Aaaah dasar bocah manja. Aku tidak melakukan apa-apa.”
Jawabnya enteng.
“Kau ada dimana?
Sedang mengendarai mobil ya? Hei jangan lupa nanti malam kita latihan. Ingat!
Jangan terlambat.” Ucap si Macan.
KLIK!!
Sambungan terputus, pria itu mematikan keitainya agar tidak
ada panggilan lagi untuknya. Untuk saat ini dia butuh istirahat. Dia sudah
sangat lelah dengan semua yang di hadapinya. Rasanya dia ingin lenyap saja dari
muka bumi ini. Tiba-tiba dia teringat dengan satu janji yang pernah dia buat
dulu dengan sahabat kecilnya. Janji bahwa jika dia ada waktu luang, dia akan ke
Nagano dan bermain bersama sahabatnya itu. Tapi kini, lima belas tahun sudah
berlalu dan tidak pernah dia menginjakkan kakinya itu ke Nagano lagi. Dia hanya
bisa bermimpi tentang masa lalunya tapi tidak pernah kesana lagi.
Kesibukan orang tuanya yang sangat padat sehingga membuat
mereka terpaksa untuk pindah ke Perancis dan tinggalah dia sendiri di rumah.
Mengurusi dirinya sendiri. Dia sudah capek di kejar-kejar wartawan dan
paparazzi. Dia ingin berhenti dari pekerjaannya ini. Namun dia juga berpikir,
kalau dia menggunakan caranya ini, sahabatnya pasti akan tahu bahwa dia
baik-baik saja dan sudah menjadi orang terkenal. Namun sudah lima tahun dia
menjadi seperti ini tapi tidak ada seorang gadis pun yang mengenalinya dengan
sisi yang lain. Dia menggunakan nama Shou atau yang dapat diartikan ‘Jenderal’
atau ‘Pemimpin’ ini. Satu rahasia terbesarnya, tidak ada seorang pun yang tahu
nama lengkapnya kecuali orang tuanya, orang tua sahabatnya, dan tentu saja
sahabat kecilnya. Dia memakai nama Shou Kazama. Sehingga banyak yang tahu bahwa
nama lengkapnya adalah Shou Kazama. Termasuk teman-teman bandnya.
Mobilnya berhenti di sebuah kedai makanan. Itu merupakan
kedai ramen, makanan kesukaannya sewaktu kecil ketika dia baru pertama kali
pindah ke Tokyo. Dia duduk di bangku tengah. Sambil menunggu ramennya jadi, dia
memasang earphone dan membuka list lagu iPodnya. Dia menoleh ke samping
kanannya ada seorang gadis yang baru masuk duduk di sebelah kanannya. Dia
berpikir gadis ini pasti seorang stalker. Namun wajah gadis itu terlalu polos
untuk menjadi seorang stalker. Dia melepaskan earphonenya untuk menyantap
hidangan ramennya yang sudah datang itu.
Hening. Pikirannya yang daritadi tentang gadis itu rupanya
salah. Gadis itu bukan stalker. Tapi tidak seperti gadis-gadis Tokyo lainnya.
Dia merasa rupanya ada gadis lain yang tidak mengenalinya. Apakah karena tidak
menggunakan Make Up? Tapi dia merasa bahwa dia sudah sangat tampan bahkan tidak
menggunakan make up.
Gadis itu tidak memalingkan wajahnya. Sedangkan pria itu
sedaritadi memperhatikan gadis itu. Dia merasa bahwa dirinya lah yang seorang
stalker. Rupanya gadis itu tidak terima di perhatikan terus menerus seperti
itu.
“Hei, kenapa kau memperhatikanku terus? Apa ada yang salah,
hah?” ucap gadis itu kesal. Namun dia tidak peduli dan terus melanjutkan
memakan ramennya.
“Dasar orang aneh..” ucap gadis itu kesal dan lalu memakan
ramennya.
Benar. Gadis itu tidak mengenal siapa pria tampan yang ada
di sebelahnya itu. Akhirnya mereka berdua selesai makan. Gadis itu mengulurkan
selembar uang kepada si pemilik ramen namun di tahan oleh seseorang. Shou
menahan tangan gadis itu.
“Biar aku saja yang bayar, sebagai rasa minta maafku.”
Katanya yang langsung mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu yen kepada
pemilik ramen.
“Sisanya buat Paman saja. Terima kasih ya.” Kata Shou ramah
lalu keluar dari kedai ramen itu. Sebuah suara menghentikannya. Gadis itu
memanggilnya dengan kata “Hei”.
“Anou.. Terima kasih dan aku minta maaf tadi sudah
membentakmu.” Kata gadis itu sambil mengulurkan tangannya. “Siapa namamu?”
tanya gadis itu.
“Namaku Shou Kazama. Kau?” kata Shou sambil mengulurkan
tangannya juga dan bersalaman dengan gadis itu.
“Namaku Tatsunichi Ritsuki. Salam kenal.” Kata gadis itu dan
langsung pergi.
Shou terdiam. Dia masih membeku mendengar nama gadis itu.
Tatsunichi Ritsuki. Seperti nama sahabat kecilnya. Tiba-tiba air matanya
mengalir dan ketika terkaget dia sudah tidak melihat gadis itu, dia mencarinya
di sekitar situ namun sudah tidak ada. Shou seperti orang gila. Dia berlari
mencari gadis itu.
Pasrah. Dia sudah tidak menemukan gadis itu. Dia berpikir
lagi, apa mungkin dia salah dengar nama? Memang akhir-akhir ini dia sering
memimpikan sahabat kecilnya itu. Namun apakah benar bahwa gadis tadi adalah
sahabat kecilnya? Mungkin saja gadis tadi benar-benar gadis stalker? Shou
hampir gila. Dia berjalan dengan lemas kembali ke kedai ramen tadi untuk
mengambil mobilnya. Dia tahu mustahil bisa menemukan gadis itu.
Hari sudah sore menjelang malam. Dia sudah lelah dengan
pencarian itu. Sudah seharian dia mencari namun tidak menemukan gadis itu.
Akhirnya dia teringat dengan latihan bandnya malam itu. Shou pun menuju ke
tempat latihannya.
Kreekk~
Pintu terbuka. Seluruh teman-temannya rupanya sudah menunggu
kedatangannya. Tampak wajah mereka bersemangat kecuali satu pria boncel
berwajah imut yang sedang memegang gitarnya. Dia berwajah masam. Shou terlalu
lelah. Dia berpikir bahwa hari ini dia bisa beristirahat dan bersantai namun
dia malah lelah karena mencari seorang gadis yang tidak jelas.
“Kenapa wajahmu seperti itu?” tanya seorang pria yang sedang
memegang gitar bass-nya.
“Kau tampak kelelahan..” ucap salah satunya lagi yang sedang
duduk di bangku dan memegang stik drumnya.
“Kalau kau kelelahan, lebih baik latihannya besok pagi
saja.” Kata seseorang. Dia adalah si Macan.
“Kakak, kau kenapa? Apa kau marah padaku? Aku minta maaf,
Kak. Tapi aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah. Aku hanya kesal saja.”
Kata pria boncel berwajah MAHA imut itu.
“Aku tidak apa-apa kok. Jadi latihan kan? Ayo! Aku sudah
sangat bersemangat ini.” Kata Shou bersemangat.
“Apa kau yakin?” tanya si pemegang bass, Saga.
“Yappari! Ayo kita latihan demi kesuksesan band kita ini.”
Ucap Shou bersemangat. Dia tidak ingin menunjukkan wajah lelahnya pada
teman-temannya. Dia tidak ingin mereka cemas. Apalagi si boncel yang berwajah
imut itu, si bungsu yang paling bawel dan manja itu, Hiroto, yang biasa di
panggil Pon itu. Dia yang paling mengkhawatirkan keadaan Shou. Dan lagi dia
takut di marahi si drummer, yang merupakan manusia tertua di bandnya itu, Nao.
~~~/////~~~~
Sudah seminggu semenjak kejadian mengagetkan buat Shou itu.
Seudah seminggu juga Shou tidak henti-hentinya mencari gadis itu. Setiap hari
dia berkeliling Tokyo hingga masuk ke bagisan-bagian lorong rumah hanya untuk
mencari gadis tidak jelas yang bernama mirip dengan nama sahabat kecilnya itu.
Dan bagaimana keadaannya sekarang? Tentu saja dia frustasi. Shou seperti orang
gila. Keitainya tidak dapat dihubungi baik dari teman-temannya, orangtuanya,
bahkan kekasihnya sekali pun.
TING TONG~!!
Suara bel rumah Shou berbunyi. Shou tidak beranjak dari
tempatnya. Dia tetap diam disitu tanpa bergeming sedikit pun.
TING TONG TING TONG~~!!
Bel berbunyi lagi, namun jawaban yang sama, dia tetap diam.
TING TONG TING TONG TING TONG~~!!
Suara bel itu berbunyi dengan kasarnya. Tapi Shou tetap
tidak peduli. Dia hanya berdiam diri.
Di luar, seorang gadis yang cantik dan berpenampilan sangat
modern layaknya seorang artis tersebut itu sedang memasang wajah kesalnya.
Karena si empunya rumah tidak membuka pintu rumah. Gadis itu kesal dan
berteriak dari luar.
“SAYAAAANG, BUKA PINTUNYAAA. SAMPAI KAPAN KAU SEPERTI ORANG
GILA, HAH?”. Tetap tidak ada respon. Si empunya rumah tidak mempedulikan suara
gadis itu. Dia malah berkata dengan pelan “Kau hanya gadis kotor yang tidak
akan pernah bisa memberikan kebahagiaan untukku. Sudah cukup, Nona Michi. Aku
sudah tidak kuat lagi berhubungan denganmu. Kau HANYA SAMPAH.” Ucap Shou. Dia
terlalu frustasi sehingga menganggap kekasihnya bahkan calon tunangannya itu
adalah sampah. Untuk saat ini dia membutuhkan waktu. Dia butuh kesendirian. Dan
yang terpenting baginya adalah dia membutuhkan sahabat kecilnya itu. Siapa?
Tentu saja seorang Tatsunichi Ritsuki atau yang biasa dia panggil Ricchan. Itu
adalah panggilan kesayangannya. Kenapa dia mengganti nama menjadi Shou? Karena
dia tidak ingin ada wanita lain yang memanggilnya Kohara-kun atau apa pun
kecuali kedua orang tuanya yang memanggilnya seperti itu.
Gadis yang bernama Michi itu pergi dengan wajah sangat
kesal. Dia marah karena Shou mencampakkannya. Shou tidak pernah menyukai Michi,
hanya Michilah yang menyukai Shou karena Shou ini pernah menolong Michi dalam
sebuah event dimana bajunya Michi sobek dan Shou meminjamkan jasnya untuk di
kenakan oleh Michi. Selama berpacaran, Shou tidak pernah sedikit pun menyentuh
Michi, bahkan memanggil Michi dengan sebutan Nona. Karena dalam faktor usia,
Michi empat tahun lebih tua dari Shou. Apalagi mereka akan bertunangan. Shou
tidak pernah mau dengan pertunangan ini. Dia hanya ingin bertemu sahabat
kecilnya yang begitu dia sayangi.
“Dia... cinta pertamaku..” kata Shou pada teman-teman
bandnya ketika mereka sedang istirahat latihan di hari itu.
“Waaah first love. Aku belum pernah merasakan first love..”
kata seorang pria boncel imut yang biasa di panggil Pon itu.
“Hahaha kau itu kan mencintai Shou kan?” kata si drummer
yang sudah tua namun berwajah tampan itu, Nao.
“Iyaaa aku sangat mencintai Kak Shou, tapi hanya sebagai
seorang adik mencintai kakaknya. Tapi untuk mencintai seorang gadis aku belum
pernah..” katanya lemas dengan wajah MAHA imutnya itu. (Author: Pon, nikahi gue
aja yuukk. Ayuk laaah gue cinta kok ma lu. Teramat sangat sangat cinta lah
hahaha *plaakk*)
“Kalau aku sih sudah pernah punya pacar..” kata seseorang
dari mereka yang sedang memencet tombol keitainya, Tora.
“HEEE??” Nao dan Pon kaget mendengar apa yang baru saja
dikatakan oleh si Macan.
“Kalian tidak tahu ya? Dia kan pacar seharinya Maria Ozawa
hahaha..” Si pemain bass mulai angkat bicara, Saga.
“Apa kau bilang? Kau ingin ku makan yaa?” rupanya si Macan
kesal dan memberi sebuah kado spesial buat Saga.
PLETAAKK!!!
Sebuah jitakan pedas mendarat di kepala Saga dengan sempurna
yang membuat Saga menjerit kesal. Akhirnya aksi kejar-kejaran antara dua insan
pria bodoh ini terjadi. Sedangkan Shou hanya terdiam. Nao yang sedang
memegang stik drumnya itu mengagetkan Shou dengan memukul bahunya.
PUKK~
“Ya? Ah maaf aku melamun. Aku hanya memikirkan gadisku itu.”
Kata Shou ketika sudah tersadar. “Aku mau keluar sebentar.” Ucapnya sambil
beranjak dari kursinya dan berjalan keluar dengan menggunakan jaket tebalnya.
Mengingat hari itu adalah musim dingin.
“Jadi, selama ini yang membuat kakak terdiam dan banyak
pikiran itu adalah sahabat kecilnya itu? Sungguh kasihan.” Kata Pon sambil
mendongak dagunya.
“Kau itu masih terlalu kekanakan untuk berpikir sejauh itu.”
Kata Nao yang kini sudah mengeluarkan gelembung-gelembung asap rokok dari dalam
mulutnya. Ya, dia sedang menghisap rokok karena sangat dingin dan dia perlu
menghangatkan tubuhnya.
“Kau bicara apa sih, Kak? Aku kan sudah dewasa. Kau lihat
saja nanti suatu saat aku akan membawa gadisku ke hadapanmu. Kau sendiri sampai
sekarang tidak punya pacar. Apa kau mau menjadi perjaka tua?” ucapnya lepas dan
membuat Nao kesal dan menyemburkan seluruh asap rokoknya ke wajahnya yang imut
itu. Pon, berbatuk karena banyaknya asap menyembur ke wajah imutnya itu.
“Uhuk uhuk.” Suara batuknya sangat kuat. “Kak, kau pikir
wajahku ini apaan sih? Kalau mukaku seperti cemong kan bahaya. Tidak akan ada
gadis yang mau denganku. Kalau kau sih tidak apa-apa.” Katanya lagi yang
membuat Nao tambah kesal dan memukul badan kecil si boncel itu dengan stik
drumnya.
“Dasar bodoh, berani sekali kau bicara seperti itu padaku.
Kau itu harus menghargaiku, bodoh.” Kata Nao yang kini sudah mengejar Pon
dengan stik drumnya. Rupanya Pon kesakitan dan berlari menjauhi Nao.
Diluar, dengan cuaca yang begitu dingin Shou berjalan entah
kemana tanpa tahu arah tujuannya. Dia sesekali menyinggahi beberapa toko hanya
untuk melihat-lihat dan menyegarkan matanya dengan pergi ke toko komik. Komik?
Dia teringat sesuatu. Bukankah sahabat kecilnya itu sangat menyukai komik?
Komik kesukaannya yaitu Crayon Shinchan dan Doraemon. Dulu mereka berdua senang
sekali membaca komik itu. Akhirnya Shou masuk dan melihat-lihat komik itu. Dia
tertawa ketika melihat cover komik
itu adalah Nobita. Dia ingat betul karakter si bodoh Nobita dalam komik itu.
Merasa tidak enak di pandang, akhirnya dia memutuskan untuk membeli komik
Doraemon itu dari episode satu hingga episode dua puluh.
Shou berjalan keluar dengan meneteng tas belanjaan komiknya
dengan gembira. Tiba-tiba dia melihat seseorang. Seorang gadis yang begitu di
kenalinya yang sedang berjalan mendekatinya. Hawa bahagianya pudar dan dia
sangat kaget melihat gadis itu yang sedang berjalan mendekatinya. Gadis yang
sudah seminggu lebih ini tidak dia temui. Siapakah gadis itu?
To be continue for the last chapter :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar